CSR Lingkungan Indonesia

M. Rusli

Pelestarian Lingkungan Bukan Hanya Milik Petugas CSR

Oleh: M. Rusli

Sumber: http://marumpa.wordpress.com/2009/

Kini isu lingkungan hidup mendapat perhatian besar. Mayoritas organisasi menjadikannya sebagai bagian dari program kerja. Tak heran jika perusahaan melaluim CSR berlomba membuat program pelestarian lingkungan hidup. Tidak terkecuali Perusahaan di Batam. Petugas CSR atau Community Development rajin ke lapangan untuk menanam pohon. Tidak sedikit perusahaan besar di Batam menjadikan penanaman pohon sebagai kegiatan wajib CSR (Corporate Social Responsibility).

Upaya pelestarian lingkungan hidup untuk saat ini masih fokus pada penanaman pohon. Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan hampir seragam. Membut program penghijauan.

Program lain belum terlalu populer digalakkan seperti pembuatan lubang biopori, pembuatan kompos, pembatasan pemakaian tas kresek (tas plastik), pembatasan pemakaian bahan bakar yang menyumbang karbon dioksida.

Penanaman pohon selama ini ada kesan belum ditangani secara profesional. Penanaman pohon hanya dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan image perusahaan. Image bahwa si perusahaan telah bertanggungjawab sosial lalu dimuat di koran. Juga ada kesan bahwa penanaman pohon dilakukan hanya sebatas ceremony. Ketika ceremoni tanam pohon berlangsung, peserta berlomba menanam pohon. Namun ketika ceremoni berakhir banyak dari pohon yang ditanam jadi rusak, atau mati. Karena tidak dirawat.

Padahal kalau kita sadar, segala urusan bisnis yang dikerjakan saat ini akan tidak berguna bila kita tidak memiliki hutan. Tak ada hutan no bisnis. Tak ada hutan no future atau masa depan. Lalu masihkah kita harus setengah hati mengurus penanaman pohon bila resiko mengabaikan hutan berdampak negatif.

Sore itu saya sedang ngumpul dengan teman-teman pekerja di Morning Bakery Muka Kuning. Awalnya kami membahas isu politik seputar capres. Entah kenapa topik pembicaraan bergeser ke topik cuaca Batam yang terasa makin ekstrem. Terasa lebih panas di banding hari-hari sebelumnya.

Rekan penulis mengeluh karena panas telah menyebabkan konflik keluarga. Salah seroang kawan menceritakan kalau dirinya pusing karena istrinya merengek minta dibelikan AC. Sang kawan belum bisa mengiyakan permintaan istrinya karena budget untuk memebeli AC nihil.

Keluhan teman-teman, bahwa panas bumi makin meningkat tidak hanya dibahas di Morning Bakrey, bebera hari sebelumnya penulis bersikusi dengan rekan dari LSM yang bergerak di bidang Lingkungan Hidup. Topiknya tentang tempratur udara Batam terasa lebih menyengat. Salah seorang rekan penulis yang bergiat di LSM Lingkungan Hidup mendapat masukan dari warga Batu Aji bahwa cuaca di daerah batu Aji pada tahun ini lebih panas di banding tahun sebelumnya. Sang kawan menyimpulkan. Latar belakang kenapa suhu di Batam terasa lebih panas di banding tahun sebelumnya. Itu semua karena pengaruh pemanasan global, kata sang kawan menjawab sendiri pertanyaannya..

Ketika data di media massa silih berganti memperingatkan pembaca bahwa dampak pemanasan global sudah terasa. Upaya pencegahan maksimal belum digeber. Pembangunan rumah terus bermunculan. Artinya pembebasan lahan terus berlangsung. Hutan terus ditebang. Bukit terus diratakan. Tidak sulit melihat contoh dilapangan. Seperti Bukit depan gedung Graha Pena, bukit dekat Simpang Barelang, bukit dekat Pompa Bensin Batu Aji, perlahan tapi pasti tanahnya dikeruk, diratakan untuk diganti menjadi berbagai macam peruntukan. Fungsi hutan yang bertugas untuk mengikat karbon dioksida pun lama kelamaan akan habis.

Sepuluh tahun lalu hutan yang dulunya masih mewarnai pulau Batam seperti wilayah dekat Bandara Hang Nadim ( daerah sekitar perumahan Dotamana) yang dulunya asri dan tenang sekarang sudah berubah menjadi lautan perumahan. Hutan yang dulunya masih padat di sekitar kawasan Batu Aji juga sudah berubah menjadi perkampungan padat, begitu juga dengan perumahan hutan dekat pompa bensin Pandan Wangi telah berubah fungsi menjadi perumahan mewah.

Melihat perkembangan kerusahan hutan yang berlangsung secara berkelanjutan membuat penulis kuatir. Jumlah pohon yang ditebang cukup besar. Tidak sebanding dengan penanaman pohon.

Menebang pohon adalah perkara gampang. Menebang pohon tidak memakan durasi yang lama. Dengan mesin gergaji bisa menebang pohon besar hanya dalam hitungan menit.

Sedangkan menanam pohon memerlukan waktu hingga puluhan tahun. Apa jadinya bila upaya penghijauan dan penebangan pohon demi kepentingan industri tidak balance. Pembaca bisa menjawab sendiri toh. Seperti kisah teman-teman saya ceritakan di atas. Yang jelas dampak umum yang muncul adalah pemanasan global, munculnya epidemi wabah, bencana alam, polusi. Hutan hancur ekosistem terganggu.

Sebagai gambaran, Data Walhi pada tahun 2005 bahwa seluas 35,1 juta hektar hutan dikuasai oleh korporasi pemegang HPH dan hutan ditebang tiap tahunnya 2,72 hektar dan 5 tahun terakhir telah terjadi pembakaran hutandengan 40.000 titik panas per tahun yang 87% berada di wilayah konsesi perkebunan, HTI dan HPH.

Kini negara Indonesia diposisikan oleh Green Peace sebagai negara perusak hutan nomor satu di dunia. Penyumbang Carbon Dioksida (Co2) nomor tiga terbesar dunia setelah Amerika Serikat dan China.

Kini upaya mengatasi pemanasan global mulai bermunculan. Berbagai organisasi tingkat dunia tidak kenal lelahmelakukan protes terhadap negara yang berkontribusi besar terhadap kerusakan lingkungan hidup.

Di dalam negeri upaya pelestarian lingkungan hidup juga ramai dilakukan berbagai organisasi peduli ingkungan hidup. Mengherankan, aksi peduli hutan justru datang dari perusahaan yang tidak bergerak di bidang pengembang, perkebunan, pengolahan kayu. Kepedulian terhadap lingkungan hidup (save earth) justru bermunculan dari organisasi pencinta alam, komunitas bike to work, perusahaan besar yang telah menerapkan ISO 14000. Sementara perusahaan yang jelas-jelas bergerak di bidang pengembang terkesan kurang peduli dengan pelestarian lingkungan hidup.

Buktinya mudah, coba pembaca ambil salah koran nasional ataulokal dan baca. Mata pembaca lebih banyak dijejali dengan puluhan iklan dari perusahaan pengembang yang menawarkan perumahan. Hampir semua pengembang mencitrakan produk mereka sebagai yang paling hebat. Kadang-kadang pembaca dipancing dengan aneka hadiah atau diskon.

Sebaliknya berita tentang Perusahaan pengembang yang berlomba memelihara kelestarian lingkungan hidup belum muncul. Bahkan kini muncul perkara hukum karena ada sejumlah pembeli rumah yang telah lunas membayar cicilan rumahnya namun tidak mulus memperoleh sertifikat tanah. Ada yang mengatakan bahwa salah satu alasan sehingga sertifikat rumah tidak keluar karena lokasi rumah tersebut berada di hutan lindung. Ini menandakan bahwa kepedulian terhadap hutan memang rendah.

Kini ISO 26000 tentang CSR sedang digarap. Salah satu item di ISO 26000 ini menerapkan pada kepedulian terhadap lingkungan hidup. Apa yang dituangkan dalam ISO 26000 tersebut menjadi rujukan begi perusahan besar dan kecil di seluruh dunia (termasuk perusahaan pengembang) agar merawat dan melestarikan lingkungan hidup. Itulah sebabnya kenapa perusahaan besar yang aware dengan ISO 26000 menugaskan Officer CSR untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup.

Baru-baru ini penulis hadir dalam acara sosialisasi yang dilakukan oleh PT. Mitra Energi Batam, perusahaan yang menjadi pemasok listrik ke PLN Batam. Apa yang menarik dilakukan oleh PT Mitra Energi Batam adalah upaya penggunaan mesin yang tidak menimbulkan atau menyumbang emisi. Ini adalah salah satu perusahaan besar nasional yang sangat peduli dengan lingkungan hidup.

Hutan dengan aneka apohon didalamanya memeliki fungsi menyaring carbon dioksida. Hutan yang ada akan membantu memberi oksigen kepada mahluk hidup di sekitarnya tanpa melihat latar belakang apakah mahluk hidup yang berada di sekitar hutan menanam pohon atau tidak. Pepohonan menjalankan tugasnya dengan menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen bagi kelangsungan mahluk hidup

Menjaga dan merawat lingkungan hidup adalah tanggungjawab semua orang. Merawat hutan, menanam pohon, pengurangan emisi carbon dioksida adalah tanggungjawab semua orang atau lembaga baik pemerintah ataupun lembaga swasta.

Selama ini masyarakat menilai keliru terhadap CSR. Ada kesalahan yang mendasar tehadap CSR. Ada anggapan bahwa tanggungjawab sosial untuk memelihara lingkungan hidup adalah tugas perusahaan besar yang mempunyai program CSR.

Tragisnya lagi ada perusahaan besar di bidang pertambangan yang merasa telah melakukan tugas tanggungjawab sosial setelah membayar dana CD ke pemerintah setempat.

CSR atau Corporate Social Responsibility tidak hanya mengurusi masalah Sosial Development, Community Development, atau memelihara lingkungan hidup. CSR juga merawat etika bisnis seperti tata kelola perusahaan yang bersih, menjaga hak asasi manusia, merawat hubungan industrial. Menjaga hubungan dengan pelanggan.

Karena itu perlu diluruskan bahwa urusan CSR menyangkut wilayah internal perusahaan dan eksternal perusahaan. Urusan eksternal salah satunya adalah ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Mengharapkan perbaikan lingkungan hidup hanya dengan mengandalkan CSR saja tidak akan maksimal. Kenapa? karena tidak semua perusahaan memiliki Department CSR. Perusahan di Batam yang memeiliki program CSR masih bisa dihitung dengan jari. Padahal jumlah perusahaan yang terdapat di Batam mencapai ribuan.

Seharusnya program pelestarian lingkungan hidup menjadi tanggungjawab semua orang dan lembaga baik lembaga pemerintah dan sosial.

Kita patut bersyukur karena Pemko Batam Selama ini sudah berteriak dan berbuat dengan menanam puluhan bibit pohon pohon. Juga patut diapresiasi sejumlah perusahaan besar telah melakukan upaya yang sama. Termasuk pencinta Alam, LSM Lingkungan Hidup, Pelajar dan Mahasiswa. Sayangnya hasil dari penanaman pohon tidak semua efektif.

Ada sejumlah aksi tanama pohon sekadar upacara. Penaman pohon secara profesional yang menjamin mulai dari menanam bibit hingga akar tumbuh dan pohon tidak mati. Upaya seperti ini masih langka.

Di satu sisi penulis kecewa dengan program pemerintah Kota Batam yang salah kelola, namun di sisi lain penulis memberi apresiasi kepada pemerintah Kota Batam yang telah menanam ribuan pohon. Pohon yang telah ditanam oleh Pemko Batam sebagian sudah tumbuh, seperti pohon Pulai yang ditanam di sepanjang jalan dari arah Tanjung Piayu Simpang Panbil. Banyak Pohon pulai yang tumbuh subur, namun ada juga Pohon Pulai yang dikorbankan karena adanya penggalian kabel.

Pelestarian Lingkungan Hidup bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Selain menanam pohon, upaya lain yang bisa digalakkan oleh pemerintah adalah pembuatan lubang biorpori, pengurangan pemakaian kertas plastik kresek, pembebasan kendaran bermotor pada hari-hari tertentu, menggalakkan budaya bike to work, penghematan pemakaian listrik, dan lain sebagainya,

Apa solusi untuk meningkatkan kesadaran warga terhadap manfaat pelestarian lingkungan hidup?

Penulis menyarakankan agar program CSR mengandung muatan Amdal dilakukan oleh semua lembaga (suasta dan pemerintah). Perusahaan menghindari praktek marketing gimmick yakni tebar pesona dan pencitraan namun tidak ada realisasi perbaikan internal dan eksternal. Melibatkan warga masyarakat dalam pengawasan pelestrain lingkungan hidup. Meminta pemerintah transparan dalam hal penggunaan dana pelestraian lingkungan hidup dengan tidak menyimpan data dan laporan hanya pada lingkungan pejabat saja.

Yang terpenting dari semuanya adalah program CSR bukan hanya milik perusahaan saja tapi juga menjadi program semua orang termasuk pemerintah.

1 Comment »

  1. semoga perusahaan-perusahaan memperhatikan lingkungan untuk kebaikan bersama

    Comment by Small enterprise — May 17, 2013 @ 6:47 am


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Blog at WordPress.com.