CSR Lingkungan Indonesia

Berita 2009

Mei 2009

CSR Lingkungan Sangat Luas

posted : 01-06-09
From Republika, Thursday, May 28, 2009

Sumber: http://www.ibl.or.id/

Kegiatan CSR lingkungan harus benar-benar berangkat dari komitmen dan bukan sekadar basa-basi atau hanya gugur kewajiban semata.

Wacana tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) makin berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Ini sejalan dengan makin berkembangnya kesadaran perusahaan untuk melaksakan CSR. Namun pemahaman tentang konsepsi CSR juga masih sangat beragam.

Berbagai bidang yang digarap juga bervariasi. Misalnya lingkungan, pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, dan sebagainya. Dari berbagai bidang tersebut, lingkungan kini menjadi sorotan. Ini terkait dengan fenomena perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming). Fenomena itu membuat semua pihak merasa peduli dan berusaha turut serta mengatasinya. Kalangan dunia usaha menerjemahkan tuntutan itu lewat berbagai kegiatan CSR yang beragam pula. Antara lain penanaman pohon, menjaga kelestarian lingkungan, rehabilitasi dan reklamasi lahan, dan sebagainya.

Yang harus menjadi catatan, kegiatan CSR lingkungan tersebut harus benar-benar berangkat dari komitmen yang kuat dan bukan sekadar basa-basi atau hanya gugur kewajiban semata.

“Kami menempatkan lingkungan sebagai prioritas utama. Komitmen kami untuk berbuat sesuatu terhadap lingkungan dan menjaga kelestariannya bukan sekadar basa-basi,” ungkap Presiden Direktur PT Adaro Indonesia, Boy Garibaldi Thohir kepada Republika di Jakarta, pekan lalu.

Ini, lanjutnya, tercermin dalam kegiatan pra tambang, penambangan, hingga pasca tambang. Komitmen lingkungan juga dilaksanakan secara internal dan eksternal.

Komitmen tersebut juga diterjemahkan dalam berbagai program CSR di bidang lingkungan. Antara lain pemanfaatan air bekas tambang untuk air bersih masyarakat, pengembangan peternakan, pertanian, perkebunan, dan perikanan, dan sebagainya.

“Kami tidak ingin kegiatan CSR yang dilakukan sekadar charity. Oleh karenanyak ami mendesain kegiatan CSR yang lebih berkelanjutan. Tujuannya agar masyarakat di sekitar Adaro bisa mandiri dan sejahtera meskipun nantinya kami sudah tidak lagi beroperasi di wilayah tersebut,” imbuh Boy.

Pelestarian lingkungan

Kesadaran perusahaan untuk ikut berkontribusi terhadap lingkungan memang menjadi tren yang terjadi di abad 21 ini. Dalam buku CSR dan Pelestarian Lingkungan (Mengelola Dampak Positif dan Negatif) karya Beria Leimona dan Aunul Fauzi yang diterbitkan Indonesia Business Links (IBL), disebutkan bahwa di abad 21 ini kiprah perusahaan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan global mulai nyata dan meluas. Dalam perspektif jangka panjang, langkah mengombinasikan itu pelestarian lingkungan dengan per-tumbuhan ekonomi bisnis menjadi kunci utama kiprah kalangan bisnis.

Tidak dapat dihindari bahwa kalangan bisnis memerlukan suatu konsep yang dapat merangkul tiga pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu people, planet, profit. Kondisi ini memberi peluang munculnya suatu instrumen etika bisnis yang dapat mewadahi tanggungjawab sosial dan lingkungan mereka yaitu dengan penerapan praktik CSR.

“CSR yang berdimensi lingkungan setidaknya mencakup manajemen dampak lingkungan yang sejalan dengan peraturan pemerintah dan lebih dari sekadar kepatuhan atau beyond regulation,” ungkap penulis.

Namun, tulis Beria Leimona dan Aunul Fauzi, cara pandang perusahaan terhadap CSR berdimensi lingkungan ternyata masih beragam. Ada yang memandang CSR sekadar untuk memenuhi regulasi pemerintah. Sementara yang lain sudah mulai melihat CSR sebagai cara berpikir baru dalam mengelola bisnis berkelanjutan.

Perbedaan cara pandang tersebut membawa implikasi terhadap program kegiatan yang dilaksanakan. Dalam hal ini ada perusahaan yang sekadar melakukan kegiatan yang sifatnya hanya di permukaan saja. Namun ada juga yang menerapkannya secara holistik dan komprehensif dalam semua proses produksi.

PT Unilever Indonesia Tbk misalnya, memilih program pemberdayaan masyarakat lewat Jakarta Green and Clean (JGC). Program yang berbasis di wilayah RW ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentangpentingnya menjaga kebersihan dan penghijauan lingkungan.

Program CSR ini sukses merekrut ribuan kader lingkungan di Jakarta. Tidak hanya itu, program yang dijalankan dengan sejumlah mitra strategis, yaitu harian Republika, Aksi Cepat Tanggap (ACT), radio Delta, dan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta ini, sukses merubah paradigma masyarakat tentang sampah. Bahwa sampah yang selama ini dianggap kotor dan menji-jikan, ternyata bisa diolah menjadi barang bernilai ekonomi. Sampah basah diolah menjadi kompos dan sampah kering diolah menjadi barang kerajinan.

Keberhasilan program itu menginspirasi daerah-daerah lain. Ini dibuktikan dengan adanya replikasi di daerah lain. Yang terakhir diluncurkan adalah Banjarmasin Green and Clean (BGC).

General Manager Yayasan Unilever Indonesia, Sinta Kaniawati, mengungkapkan, Green and Clean merupakan salah satu program CSR PT Unilever Indonesia Tbk, yang bertujuan untuk mengubah paradigma masyarakat tentang permasalahan sampah dan lingkungan dengan memberdayakan potensi masyarakat sebagai pencipta perubahan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang lebih baik.

“Pengalaman yang kami miliki di kota-kota lain, ingin kami bawa ke pulau Kalimantan di kota Banjarmasin sebagai kota replikasi pertama dengan harapan Banjarmasin Green and Clean dapat menginspirasi semua pihak bahwa perubahan dapat kita ciptakan dengan komitmen bersama. Tentunya bentuk replikasi ini akan disesuaikan dengan potensi berbagai elemen di kota Banjarmasin. Mimpi kita semua adalah masyarakat kota Banjarmasin memperoleh kehidupan yang lebih baik, dalam lingkungan yang sehat, bersih dan hijau,” ungkapnya. anjar lahmlario

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.